KATA PENGANTAR
Puji Tuhan yang telah memberikan rahmat , karunia dan hidayahNya
kepada kita semua sehingga akhirnya tugas makalah ini dapat terselesaikan
dengan baik.
Tugas makalah yang diberi judul “ Kenakalan Remaja ” ini ialah suatu makalah. dimana
tugas ini merupakan prasyaratan untuk mengikuti ujian bahasa indonesia.
Dalam penyelesain makalah ini ,
penyusun banyak mengalami kesulitan , terutama disebabkan oleh kurangnya waktu
dan spesifiknya informasi yang didapatkan penyusun karena hanya mengandalkan
pengamatan dilingkungan sekitar sebagai bahan penyusun makalah. Pada akhirnya
makalah ini dapat diselesaikan meskipun masih terdapat banyak kekurangan.
Penyusun makalah ini tak lepas
dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan
ini penyusun ingin mengucapkan terima kasih kepada Semua pihak yang tidak dapat
disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu,baik selama penyusunan tugas
ini maupun di luar itu.
Semoga Tuhan selalu mencurahkan
rahmat dan karunia-Nya serta keridhoan-Nya kepada kita semua , amin.
Penyusun menyadari bahwa tugas makalah ini masih banyak memiliki
kekurangan. Oleh karena itu segala saran dan kritik yang membangun , penyusun
harapkan untuk kemajuan masa-masa mendatang.
Harapan penulis semoga penyusun
makalah ini dapat diambil manfaatnya oleh pembaca.
Makassar, 02 February 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………………………………………………………………..… i
Daftar Isi…………………………………………………………………………………..…. ii
Bab 1 Pendahuluan……………………………………………………………….……….…. 1
1.1. Latar Belakang………………………………………………………….…….…….
1
1.2. Rumusan Masalah……………………………………………………….…….…… 2
1.3. Tujuan Pembahasan…………………………………………………………..…….
2
Bab 2 Kajian Pustaka…………………………………………………………………...…… 3
2.1. Pengertian Remaja…………………………………………………………………. 3
2.2. Ciri-ciri Remaja……………………………………………………………………. 4
2.3. Psikologi Remaja…………………………………………………………...…...…
9
2.4. Kenakalan Remaja…………………………………………………………...……. 10
2.5. Penyebab Kenakalan Remaja……………………………………………….…...… 12
2.6. Peranan Keluarga Terhadap
Kenakalan Remaja…………………………...….….. 14
2.7. Pergaulan Remaja………………………………………………………….…….... 16
2.8. Remaja Dan Lingkup Sosial……………………………………………….…...…. 17
Bab 3 Simpulan Dan Saran………………………………………………………………… 20
3.1.
Simpulan………………………………………………………………………….. 20
3.2.
Saran……………………………………………………………………………… 21
Daftar Pustaka……………………………………………………………………………... 22
BAB
I
PENDAHULUAN
1.2. Latar Belakang
Masa remaja sering dikenal
dengan istilah masa pemberontakan. Pada masa-masa ini, seorang anak yang baru
mengalami pubertas seringkali menampilkan beragam gejolak emosi, menarik diri
dari keluarga, serta mengalami banyak masalah, baik di rumah, sekolah, atau di
lingkungan pertemanannya.
Kenakalan remaja di era modern ini sudah melebihi batas yang sewajarnya. Banyak anak dibawah umur yang sudah mengenal Rokok, Narkoba, Freesex, dan terlibat banyak tindakan kriminal lainnya. Fakta ini sudah tidak dapat diungkuri lagi, anda dapat melihat brutalnya remaja jaman sekarang. Meningkatnya tingkat kriminal di Indonesia tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa, tetapi banyak juga dari kalangan para remaja. Tindakan kenakalan remaja sangat beranekaragam dan bervariasi dan lebih terbatas jika dibandingkan tindakan kriminal orang dewasa. Juga motivasi para remaja sering lebih sederhana dan mudah dipahami misalnya : pencurian yang dilakukan oleh seorang remaja, hanya untuk memberikan hadiah kepada mereka yang disukainya dengan maksud untuk membuat kesan impresif yang baik atau mengagumkan.
Kenakalan remaja di era modern ini sudah melebihi batas yang sewajarnya. Banyak anak dibawah umur yang sudah mengenal Rokok, Narkoba, Freesex, dan terlibat banyak tindakan kriminal lainnya. Fakta ini sudah tidak dapat diungkuri lagi, anda dapat melihat brutalnya remaja jaman sekarang. Meningkatnya tingkat kriminal di Indonesia tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa, tetapi banyak juga dari kalangan para remaja. Tindakan kenakalan remaja sangat beranekaragam dan bervariasi dan lebih terbatas jika dibandingkan tindakan kriminal orang dewasa. Juga motivasi para remaja sering lebih sederhana dan mudah dipahami misalnya : pencurian yang dilakukan oleh seorang remaja, hanya untuk memberikan hadiah kepada mereka yang disukainya dengan maksud untuk membuat kesan impresif yang baik atau mengagumkan.
Akibatnya, para orangtua
mengeluhkan perilaku anak-anaknya yang tidak dapat diatur, bahkan terkadang
bertindak melawan mereka. Konflik keluarga, mood swing, depresi, dan munculnya
tindakan berisiko sangat umum terjadi pada masa remaja dibandingkan pada masa-masa
lain di sepanjang rentang kehidupan.
1.2. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian remaja?
b. Bagaimana perkembangan
psikologi remaja?
c. Apa macam-macam kenakalan
remaja ?
d. Apa penyebab kenakalan
remaja?
e. Bagaimana solusi untuk
mengatasi kenakalan remaja?
1.3. Tujuan Pembahasan
a. Mengetahui pengertian remaja
dan ciri cirinya
b. Mengetahui perkembangan
psikologi remaja pada saat ini
c. Mengetahui macam-macam
kenakalan remaja
d. Mengetahui penyebab
kenakalan remaja
e. Mengetahui solusi untuk
mengatasi kenakalan remaja.
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
2.1. Pengertian Remaja
Remaja adalah waktu manusia berumur belasan tahun. Pada masa remaja manusia
tidak dapat disebut sudah dewasa tetapi tidak dapat pula disebut anak-anak. Masa remaja adalah masa peralihan
manusia dari anak-anak menuju dewasa. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa
yang berjalan antara umur 12 tahun sampai 21 tahun.
Menurut psikologi, remaja adalah suatu periode
transisi dari masa awal anak anak hingga masa awal dewasa, yang dimasuki pada
usia kira kira 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun hingga 22
tahun. Masa remaja bermula pada perubahan fisik yang cepat, pertambahan berat dan
tinggi badan yang dramatis, perubahan bentuk tubuh, dan perkembangan
karakteristik seksual seperti pembesaran buah dada, perkembangan pinggang dan
kumis, dan dalamnya suara. Pada perkembangan ini, pencapaian kemandirian dan
identitas sangat menonjol (pemikiran semakin logis, abstrak, dan idealistis)
dan semakin banyak menghabiskan waktu di luar keluarga.
Remaja memiliki tempat di
antara anak-anak dan orang tua karena sudah tidak termasuk golongan anak tetapi
belum juga berada dalam golongan dewasa atau tua. Seperti yang dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk 1994)
bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja
belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak.
Hal senada diungkapkan oleh
Santrock (2003: 26) bahwa remaja (adolescene) diartikan sebagai masa
perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan
biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Batasan usia remaja yang umum
digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun.
Rentang waktu usia remaja ini
biasanya dibedakan atas tiga, yaitu :
§ 12-15 tahun
§ Masa remaja awal 15-18 tahun
§ Masa remaja pertengahan 18-21
tahun
§ Masa remaja akhir.
2.2. Ciri- Ciri Remaja
Mengenai ciri-ciri remaja tidak
mesti dilihat dari satu sisi, tetapi dapat dilihat dari berbagai segi. Misalnya
dari segi usia, perkembangan fisik, phisikis, dan perilaku. Menurut Gayo (1990:
638-639) ciri-ciri remaja usianya berkisar 12-20 tahun yang dibagi dalam tiga
fase yaitu; Adolensi diri, adolensi menengah, dan adolensi akhir. Penjelasan
ketiga fase ini sebagai berikut.
a.
Adolensi dini
Fase ini berarti preokupasi
seksual yang meninggi yang tidak jarang menurunkan daya kreatif/ ketekunan,
mulai renggang dengan orang tuanya dan membentuk kelompok kawan atau sahabat
karib, tinggah laku kurang dapat dipertanggungjawabkan. Seperti perilaku di
luar kebiasaan, delikuen,dan maniakal atau defresif.
b.
Adolensi menengah
Fase ini memiliki umum: Hubungan
dengan kawan dari lawan jenis mulai meningkat pentingnya, fantasi dan fanatisme
terhadap berbagai aliran, misalnya, mistik, musik, dan lain-lain. Menduduki
tempat yang kuat dalam perioritasnya, politik dan kebudayaan mulai menyita
perhatiannya sehingga kritik…..tidak jarang dilontarkan kepada keluarga dan
masyarakat yang dianggap salah dan tidak benar, seksualitas mulai tampak dalam
ruang atau skala identifikasi, dan desploritas lebih terarah untuk meminta
bantuan.
c.
Adolesensi akhir
Masa ini remaja mulai lebih
luas, mantap, dari dewasa dalam ruang lingkup penghayatannya .Ia lebih bersifat
‘menerima’dan ‘mengerti’ malahan sudah mulai menghargai sikap orang/pihak lain
yang mungkin sebelumnya ditolak. Memiliki karier tertentu dan sikap kedudukan,
kultural, politik, maupun etikanya lebih mendekati orang tuanya. Bila
kondisinya kurang menguntungkan, maka masa turut diperpanjang dengan
konsekuensi .imitasi, bosan, dan merosot tahap kesulitan jiwanya. Memerlukan
bimbingan dengan baik dan bijaksana, dari orang-orang di sekitarnya.
Argumen lain tentang ciri-ciri remaja dan berbagai sudut pandang
dikemukakan oleh Mustaqim dan Abdul Wahid (1991:49-50). Menurutnya pada masa
remaja umumnya telah duduk dalam bangku sekolah lanjutan. Pada permulaan
periode anak mengalami perubahan-perubahan jasmani yang berwujud tanda-tanda
kelamin sekunder seperti kumis, jenggot, atau suara berubah pada laki-laki.
Lengan dan kaki mengalami pertumbuhan yang cepat sekali sehingga anak-anak
menjadi canggung dan kaku. Kelenjar-kelenjar mulai tumbuh yang dapat
menimbulkan gangguan phisikis anak.
Perubahan rohani juga timbul remaja telah mulai berfikir abstrak,
ingatan logis makin lama makin lemah. Pertumbuhan fungsi-fungsi psikis yang
satu dengan yang lain tidak dalam keadaan seimbang akibatnya anak sering
mengalami pertentangan batin dan gangguan, yang biasa disebut gangguan
integrasi. Kehidupan sosial anak remaja juga berkembang sangat luas. Akibatnya
anak berusaha melepaskan diri darikekangan orang tua untuk mendapatkan
kebebasan, meskipun di sisi lain masih tergantung pada orang tua. Dengan
demikian terjadi pertentangan antara hasrat kebebasan dan perasaan tergantung.
(Mustaqim dan Abdul Wahid, 1991:50).
Lebih lanjut dikatakan Mustaqim dan Abdul Wahid, pada masa remaja akhir umumnya telah mulai menemukan nilai-nilai hidup, cinta, persahabatan, agama, kesusilaan, kebenaran dan kebaikan. Masa ini biasa disebut masa pembentukan dan menentuan nilai dan cita-cita.Lain dari pada itu anak mulai berfikir tentang tanggung jawab sosial, agama moral, anak mulai berpandangan realistik, mulai mengarahkan perhatian pada teman hidupnya kelak, kematangan jasmani dan rohani, memiliki keyakinan dan pendirian yang tetap serta berusaha mengabdikan diri dimasyarakat juga ciri remaja yang menonjol, tetapi hanya remaja yang sudah hampir masuk dewasa.
Lebih lanjut dikatakan Mustaqim dan Abdul Wahid, pada masa remaja akhir umumnya telah mulai menemukan nilai-nilai hidup, cinta, persahabatan, agama, kesusilaan, kebenaran dan kebaikan. Masa ini biasa disebut masa pembentukan dan menentuan nilai dan cita-cita.Lain dari pada itu anak mulai berfikir tentang tanggung jawab sosial, agama moral, anak mulai berpandangan realistik, mulai mengarahkan perhatian pada teman hidupnya kelak, kematangan jasmani dan rohani, memiliki keyakinan dan pendirian yang tetap serta berusaha mengabdikan diri dimasyarakat juga ciri remaja yang menonjol, tetapi hanya remaja yang sudah hampir masuk dewasa.
Sedangkan menurut
Hurlock (1999) ciri-ciri masa remaja adalah sebagai berikut:
·
Masa remaja sebagai periode yang penting, karena perkembangan
fisik, mental yang cepat dan penting dan adanya penyesuaian mental dan
pembentukan sikap, nilai dan minat baru.
·
Masa remaja sebagai
periode peralihan, adanya suatu perubahan sikap dan perilaku dari anak-anak ke
menuju dewasa.
·
Masa remaja sebagai periode perubahan, karena ada 5 perubahan
yang bersifat universal yaitu perubahan emosi, tubuh, minat dan pola perilaku,
dan perubahan nilai.
d. Masa remaja sebagai usia bermasalah, karena pada masa kanak-kanak masalah-masalahnya sebagian besar diselesikan oleh guru dan orang tua sehingga kebanyakan remaja kurang berpengalaman dalam mengatasi masalah.
d. Masa remaja sebagai usia bermasalah, karena pada masa kanak-kanak masalah-masalahnya sebagian besar diselesikan oleh guru dan orang tua sehingga kebanyakan remaja kurang berpengalaman dalam mengatasi masalah.
·
Masa remaja sebagai masa mencari identitas, karena remaja
berusaha untuk menjelaskan siapa dirinya, apa peranannya.
·
Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan, karena
adanya anggapan stereotip budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak
rapih, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung merusak, menyebabkan orang
dewasa harus membimbing dan mengawasi.
·
Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik. Karena remaja
melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang diinginkan dan bukan
sebagaimana adanya terlebih dalam cita-cita.
·
Masa remaja sebagai ambang masa dewasa, karena remaja mulai
memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan orang dewasa.
Berdasarkan
uraian di atas, dapat di ambil kesimpulan bahwa ciri ciri masa remaja
adalah merupakan periode yang penting, periode
perubahan, peralihan, usia yang bermasalah, pencarian identitas, usia yang
menimbulkan ketakutan, masa yang tidak realistik dan ambang masa kedewasaan.
2.3 Psikologi Remaja
Ciri perkembangan psikologis remaja adalah
adanya emosi yang meledak-ledak, sulit dikendalikan, cepat depresi (sedih,
putus asa) dan kemudian melawan dan memberontak. Emosi tidak terkendali ini disebabkan
oleh konflik peran yang senang dialami remaja. Oleh karena itu, perkembangan
psikologis ini ditekankan pada keadaan emosi remaja.
Keadaan emosi pada masa remaja masih labil karena erat dengan
keadaan hormon. Suatu saat remaja dapat sedih sekali, dilain waktu dapat marah
sekali. Emosi remaja lebih kuat dan lebih menguasai diri sendiri daripada
pikiran yang realistis. Kestabilan emosi remaja dikarenakan tuntutan orang tua
dan masyarakat yang akhirnya mendorong remaja untuk menyesuaikan diri dengan situasi
dirinnya yang baru. Hal tersebut hampir sama dengan yang dikemukakan oleh
Hurlock (1990), yang mengatakan bahwakecerdasan emosi akan mempengaruhi cara penyesuaian pribadi dan sosial remaja.
Bertambahnya ketegangan emosional yang disebabkan remaja harus membuat
penyesuaian terhadap harapan masyarakat yang berlainan dengan dirinya.
Menurut Mappiare (dalam
Hurlock, 1990) remaja mulai bersikap kritis dan tidak
mau begitu saja menerima pendapat dan perintah orang lain, remaja menanyakan
alasan mengapa sesuatu perintah dianjurkan atau dilarag, remaja tidak mudah
diyakinkan tanpa jalan pemikiran yang logis. Denganperkembangan psikologis pada
remaja, terjadi kekuatan mental, peningkatan kemampuan daya fikir, kemampuan
mengingat dan memahami, serta terjadi peningkatan keberanian dalam mengemukakan
pendapat.
2.4 Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja (juvenile delinquency) adalah suatu perbuatan yang melanggar norma, aturan atau hukum
dalam masyarakat yang dilakukan pada usia remaja atau transisi masa anak-anak
dan dewasa.
Sedangkan Pengertian kenakalan remaja Menurut Paul Moedikdo,SH
adalah :
a.
Semua perbuatan yang dari orang dewasa merupakan suatu kejahatan
bagi anak-anak merupakan kenakalan jadi semua yang dilarang oleh hukum pidana,
seperti mencuri, menganiaya dan sebagainya.
b.
b.Semua perbuatan penyelewengan dari norma kelompok tertentu untuk
menimbulkan keonaran dalam masyarakat.
c.
c.Semua perbuatan yang menunjukkan kebutuhan perlindungan bagi sosial.
Faktor pemicunya, menurut sosiolog Kartono, antara lain adalah
gagalnya remaja melewati masa transisinya, dari anak kecil menjadi dewasa, dan
juga karena lemahnya pertahanan diri terhadap pengaruh dunia luar yang kurang
baik.
Akibatnya, para orangtua mengeluhkan perilaku anak-anaknya yang tidak dapat diatur, bahkan terkadang bertindak melawan mereka. Konflik keluarga, mood swing, depresi, dan munculnya tindakan berisiko sangat umum terjadi pada masa remaja dibandingkan pada masa-masa lain di sepanjang rentang kehidupan.
Akibatnya, para orangtua mengeluhkan perilaku anak-anaknya yang tidak dapat diatur, bahkan terkadang bertindak melawan mereka. Konflik keluarga, mood swing, depresi, dan munculnya tindakan berisiko sangat umum terjadi pada masa remaja dibandingkan pada masa-masa lain di sepanjang rentang kehidupan.
Perilaku yang ditampilkan dapat bermacam-macam, mulai dari
kenakalan ringan seperti membolos sekolah, melanggar peraturan-peraturan
sekolah, melanggar jam malam yang orangtua berikan, hingga kenakalan berat
seperti vandalisme, perkelahian antar geng, penggunaan obat-obat terlarang, dan
sebagainya.
Dalam batasan hukum, menurut Philip Rice dan Gale Dolgin, penulis
buku The Adolescence, terdapat dua kategori pelanggaran yang
dilakukan remaja, yaitu:
a.
Pelanggaran indeks, yaitu munculnya tindak kriminal yang dilakukan oleh anak remaja.
Perilaku yang termasuk di antaranya adalah pencurian, penyerangan, perkosaan,
dan pembunuhan.
b.
Pelanggaran status, di antaranya adalah kabur dari
rumah, membolos sekolah, minum minuman beralkohol di bawah umur, perilaku
seksual, dan perilaku yang tidak mengikuti peraturan sekolah atau orang tua.
2.5 Penyebab Kenakalan Remaja
Perilaku ‘nakal’ remaja bisa
disebabkan oleh faktor dari remaja itu sendiri (internal) maupun
faktor dari luar (eksternal).
Faktor internal:
a.
Krisis identitas: Perubahan biologis dan sosiologis pada diri
remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan
konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran. Kenakalan ramaja terjadi karena
remaja gagal mencapai masa integrasi kedua.
b.
Kontrol diri yang lemah: Remaja yang tidak bisa mempelajari dan
membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima
akan terseret pada perilaku ‘nakal’. Begitupun bagi mereka yang telah
mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan
kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.
Faktor eksternal:
a. Keluarga dan Perceraian orangtua, tidak adanya komunikasi
antar anggota keluarga, atau perselisihan antar anggota keluarga bisa memicu
perilaku negatif pada remaja. Pendidikan yang salah di keluarga pun, seperti
terlalu memanjakan anak, tidak memberikan pendidikan agama, atau penolakan
terhadap eksistensi anak, bisa menjadi penyebab terjadinya kenakalan remaja.
b.
Teman sebaya yang kurang baik
c.
Komunitas/lingkungan tempat tinggal yang kurang baik.
Sedangkan menurut Kumpfer dan
Alvarado, Faktor faktor Penyebab kenakalan remaja antara lain :
a.
Kurangnya sosialisasi dari orangtua ke anak mengenai nilai-nilai
moral dan sosial.
b.
Contoh perilaku yang ditampilkan orangtua (modeling) di rumah
terhadap perilaku dan nilai-nilai anti-sosial.
c.
Kurangnya pengawasan terhadap anak (baik aktivitas, pertemanan di
sekolah ataupun di luar sekolah, dan lainnya).
d.
Kurangnya disiplin yang diterapkan orangtua pada anak.
e.
Rendahnya kualitas hubungan orangtua-anak.
f.
Tingginya konflik dan perilaku agresif yang terjadi dalam
lingkungan keluarga, kemiskinan dan kekerasan dalam lingkungan keluarga.
g.
Anak tinggal jauh dari orangtua dan tidak ada pengawasan dari
figur otoritas lain.
h.
Perbedaan budaya tempat tinggal anak, misalnya pindah ke kota lain
atau lingkungan baru.
i.
Adanya saudara kandung atau tiri yang menggunakan obat-obat
terlarang atau melakukan kenakalan remaja.
2.6 Peranan Keluarga terhadap
Kenakalan Remaja
Sarwono (1998) mengatakan bahwa keluarga merupakan lingkungan
primer pada setiap individu. Sebelum anak mengenal lingkungan yang luas, ia
terlebih dahulu mengenal lingkungan keluarganya. karena itu sebelum anak anak
mengenal norma-norma dan nilai-nilai masyarakat, pertama kali anak akan
menyerap norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku di keluarganya untuk
dijadikan bagian dari kepribadiannya.
Orang tua berperan penting dalam emosi remaja, baik yang memberi
efek positif maupun negative. Hal ini menunjukkan bahwa orang tua masih
merupakan lingkungan yang sangat penting bagi remaja.
Menurut
Mu’tadin (2002) remaja sering mengalami dilema yang sangat besar antara
mengikuti kehendak orang tua atau mengikuti kehendaknya sendiri. Situasi ini
dikenal dengan ambivalensi dan hal ini akan menimbulkan konflik pada diri
remaja. Konflik ini akan mempengaruhi remaja dalam usahanya untuk mandiri,
sehingga sering menimbulkan hambatan dalam penyesuaian diri terhadap
lingkungan sekitarnya, bahkan dalam beberapa kasus tidak
jarang remaja menjadi frustasi dan memendam kemarahan yang mendalam kepada
orang tuanya dan orang lain disekitarnya. Frustasi dan kemarahan tersebut
seringkali di ungkapkan dengan perilaku perilaku yang tidak simpatik terhadap
orang tua maupun orang lain yang dapat membahayakan dirinya sendiri maupun
orang lain disekitarnya.
Penilitian
yang dilakukan BKKBN pada umunya masalah antara orang tua dan anaknya bukan hal
hal yang mendalam seperti maslah ekonomi, agama, social, politik, tetapi hal
yang sepele seperti tugas-tugas di rumah tangga, pakaian dan penampilan.
Menurut Nalland (1998) ada beberapa sikap yang harus dimiliki
orangtua terhadap anaknya pada saat memesuki usia remaja, yakni :
a.
Orang tua perlu lebih fleksibel dalam bertindak dan berbicara
b.
Kemandirian anak diajarkan secara bertahap dengan mempertimbangkan
dan melindungi mereka dari resiko yang mungkin terjadi karena cara berfikir
yang belum matang. Kebebasan yang dilakukan remaja terlalu dini akan memudahkan
remaja terperangkap dalam pergaulan buruk, obat-obatan terlarang, aktifitas
seksual yang tidak bertanggung jawab dll
c.
Remaja perlu diberi kesempatan melakukan eksplorasi positif yang
memungkinkan mereka mendapat pengalaman dan teman baru, mempelajari berbagai
keterampilan yang sulit dan memperoleh pengalaman yang memberikan tantangan
agar mereka dapat berkembang dalam berbagai aspek kepribadiannya.
d.
Sikap orang tua yang tepat adalah sikap yang authoritative, yaitu dapat
bersikap hangat, menerima, memberikan aturan dan norma serta nilai-nilai secara
jelas dan bijaksana. Menyediakan waktu untuk mendengar, menjelaskan, berunding
dan bisa memberikan dukungan pada pendapat anak yang benar.
2.7 Pergaulan Remaja
Pergaulan merupakan proses
interaksi yang dilakukan oleh individu dengan individu, dapat juga oleh
individu dengan kelompok.
Seperti yang dikemukakan oleh
Aristoteles bahwa manusia sebagai makhluk sosial (zoon-politicon), yang artinya
manusia sebagai makhluk sosial yang tak lepas dari kebersamaan dengan manusia
lain. Pergaulan mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan kepribadian
seorang individu. Pergaulan yang ia lakukan itu akan mencerminkan
kepribadiannya, baik pergaulan yang positif maupun pergaulan yang negatif.
Pergaulan yang positif itu dapat berupa kerjasama antar individu atau kelompok
guna melakukan hal – hal yang positif. Sedangkan pergaulan yang negatif itu
lebih mengarah ke pergaulan bebas, hal itulah yang harus dihindari, terutama
bagi remaja yang masih mencari jati dirinya. Dalam usia remaja ini biasanya
seorang sangat labil, mudah terpengaruh terhadap bujukan dan bahkan dia ingin
mencoba sesuatu yang baru yang mungkin dia belum tahu apakah itu baik atau
tidak. Pergaulan remajaberupa tekanan teman bahkan sahabat, yang bias disebut dengan rasa solidaritas, ingin
diterima, dan sebagai pelarian, benar-benar ampuh untuk mencuatkan kenakalan
remaja yaitu perilaku menyimpang yang dilakukan oleh remaja.
2.8 Remaja dan Lingkungan
Sosial
Lingkungan social meliputi
teman sebaya, masyarakat dan sekolah. Sekolah mempunyai pengaruh yang sangat
besar bagi remaja, karena selain dirumah sekolah adalah lingkungan kedua dimana
remaja banyak melakukan berbagai aktifitas dan interaksi social dengan
teman-temannya.
Masalah yang dialami remaja
yang bersekolah lebih besar dibandingkan yang tidak bersekolah. Hubungan dengan
guru dan teman-teman di sekolah, mata pelajaran yang berat menimbulkan konflik
yang cukup besar bagi remaja. Pengaruh guru juga sanagt besar bagi perkembangan
remaja, karena guru adalah orang tua bagi remaja ketika mereka berada
disekolah.
Pada masa remaja, hubungan
social memiliki peran yang sangat penting bagi remaja. Remaja mulai memperluas
pergaulan sosialnya dengan teman teman sebayanya. Remaja lebih sering berada
diluar rumah bersama teman teman sebayanya, karena itu dapat dimengerti bahwa
pengaruh teman-teman sebayanya pada sikap, minat, penampilan dan perilaku lebih
besar daripada pengaruh orang tua.
Brown (1997) menggambarkan
empat cara khusus, bagaimana terjadinya perubahan kelompok teman sebaya dari
masa kanak-kanak ke masa remaja :
a.
Remaja lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman sebaya
dibandingkan pada anak-anak. Pada usia 12 tahun, remaja awal mulai menjauhkan
diri dari orang dewasa dan mendekatkan diri dengan teman sebaya.
b.
Remaja berusaha menghindari pengawasan yang ketat dari orang tua
dan guru dan ingin mendapatkan kebebasan. Mereka mencari tempat untuk bertemu
dimana mereka tidak terlalu diawasi. Meskipun dirumah mereka ingin mendapatkan
privasi dan tempat dimana mereka dapat mengobrol dengan teman temannya tanpa
didengar oleh keluarganya.
c.
Remaja mulai banyak berinteraksi dengan teman sebaya dari jenis
kelamin yang berbeda. Walaupun anak perempuan dan laki laki berpartisipasi dalam
kegiatan dan berkelompok persahabatan yang berbeda selama masa pertengahan
kanak-kanak, tetapi pada masa remaja interaksi dengan remaja yang berbeda jenis
semakin meningkat, sejalan dengan semakin menjauhnya remaja dengan orang tua
mereka.
d.
Selama masa remaja, kelompok teman sebaya menjadi lebih memahami
nilai-nilai dan perilaku dari sub-budaya remaja yang lebih besar. Mereka juga
mengidentifikasikan diri dalam kelompok pergaulan tertentu.
BAB III
SIMPULAN dan SARAN
3.1 Simpulan
1)
Pada dasarnya kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang
menyimpang dari norma-norma hukum pidana yang dilakukan oleh remaja. Perilaku
tersebut akan merugikan dirinya sendiri dan orang-orang disekitarnya.
2)
Kenakalan remaja pada zaman sekarang ini disebabkan oleh beberapa
factor. Perilaku nakal remaja disebabkan oleh factor remaja itu sendiri
(internal) maupun factor dari luar (eksternal).
3)
Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur orang-orang
dewasa yang telah melampaui masa remajanya dengan baik juga mereka yang
berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini.
4)
Adanya motivasi dari keluarga , guru , teman sebaya merupakan
hal-hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi kenakalan remaja.
5)
Anak-anak yang tidak disukai oleh teman-temannya anak tersebut
menyendiri. Anak yang demikian akan dapat menyebabkan kegoncangan emosi.
3.2 Saran
1)
Perlu adanya tindakan-tindakan dari pemerintah untuk mengawasi
tindakan remaja di Indonesia agar tidak terjerumus pada kenakalan remaja dan
narkoba.
2)
Perlunya penanaman nilai-nilai moral , pendidikan dan nilai
religious pada diri seorang remaja.
3)
Perlu peran orang tua terhadap anaknya untuk dapat meningkatkan
pengawasan kepada anaknya.
DAFTAR PUSTAKA